MENGURANGI PENYERAPAN PANAS OLEH BANGUNAN |
![]() |
![]() |
Oleh : Achmad Basuki, ST. MT..
Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Minggu 26 Agustus 2012
Umumnya kenaikan suhu ini banyak
dirasakan oleh masyarakat daerah perkotaan. Hal ini disebabkan oleh
adanya fenomena pulau panas perkotaan (Urban Heat Island),
yaitu konsentrasi panas di daerah perkotaan, sehingga suhu di kota
cenderung lebih panas dibandingkan daerah pedesaan. Penyebab utama UHI
adalah pengembangan kota yang merubah permukaan tanah dengan material
(beton, aspal) yang mampu menyerap dan menyimpan panas matahari untuk
kemudian dilepaskan kembali ke udara. Dengan demikian, semakin
berkembangnya suatu daerah menjadi perkotaan bila tidak ditata dengan
konsep hijau akan mempercepat global warming. Kontributor kedua dalam
pembentukan UHI adalah panas buangan penggunaan energi pada satu area
dengan kepadatan yang tinggi. Tentunya kondisi ini tidak hanya terjadi
di luar bangunan, tapi juga dengan ruangan di dalam bangunan, apalagi
pada pemukiman yang padat atau bangunan tinggi.
Meningkatnya suhu dalam ruangan ini bisa
jadi disebabkan tidak adanya sirkulasi udara yang memadai, tapi juga
disebabkan oleh penyerapan panas matahari oleh bangunan. Panas matahari
yang masuk ke dalam bangunan menyebabkan suhu dalam ruangan menjadi
tinggi, ditambah dengan kelembaban udara yang juga tinggi, membuat
ruangan menjadi tidak nyaman.
Sinar matahari terdiri dari 5% sinar UV, 45% sinar tampak dan 50% sinar NIR (Near Infrared).
Sinar infra merah berupa panas, yang jika mengenai permukaan luar suatu
bangunan akan diserap sebagian dan sisanya dipantulkan. Hampir 83%
panas matahari yang mengenai dinding bangunan terserap, dan dengan cara
radiasi, konduksi dan konveksi dipancarkan ke dalam ruangan.
Menurut Apriyani, proses penyerapan
panas tersebut sangat dipengaruhi jenis bahan dan warna. Bahan yang
berbeda akan memberikan nilai konduktivitas panas yang berbeda pula.
Konduktivitas panas (W/m.K) adalah suatu besaran intensif bahan yang
menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas (secara matematik :
laju aliran panas × jarak / (luas × perbedaan suhu). Semakin besar nilai
konduktivitas panas suatu bahan, maka bahan tersebut semakin mudah
merambatkan panas. Selain jenis bahan, warna juga memberikan pengaruh
terhadap proses penyerapan panas. Besarannya dinyatakan dalam nilai
albedo atau TSR. TSR adalah ratio jumlah sinar
matahari yang dipantulkan oleh suatu permukaan dibandingkan dengan total
sinar matahari yang mengenai permukaan tersebut, memiliki range : 0 - 1
(0: warna hitam; 1: warna putih). Semakin besar nilai TSR, maka panas
yang dipantulkan semakin besar dan permukaan akan semakin dingin.
Seiring dengan perkembangan teknologi dalam dunia coating,
terdapat beberapa cara untuk mengurangi penyerapan panas oleh material
(dinding, atap) dan mengurangi panas dalam ruangan, antara lain :
- Melalui aspek pemantulan panas/sinar infra merah matahari ke dalam bangunan, dengan menggunakan teknologi pigment reflektif (pigmen pemantul) pada pelapis material (coating) dan cat.
- Melalui aspek insulasi untuk menghambat perambatan panas, menggunakan advanced ceramic filler (material berbahan filler keramik).
- Melalui aspek waterproofing untuk melindungi kerusakan akibat air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar